iklan space 728x90px

Kenali Tujuan Utama Rapid Test Agar Tidak Salah Persepsi


Di masa pandemi Covid-19, masyarakat sudah akrab dengan istilah rapid test. Sayangnya, tidak sedikit anggapan yang salah di tengah-tengah masyarakat terkait penerapannya. Orang kerap berpikir kalau rapid test digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Padahal sebenarnya, tidak begitu.

Menurut ahli bedah Akmal Taher dinyatakan bahwa rapid test ialah tahapan screening dan bukan pendeteksian. Itu artinya pemeriksaan tersebut tak dapat mendeteksi atau mendiagnosis orang yang bersangkutan positif terjangkit Covid-19 ataukah tidak. Padahal yang dapat melakukan itu cuma PCR (Polymerase Chain Reaction) alias swab tenggorok. 

Adapun prosedur kerja rapid test yakni melalui suatu pengujian sampel darah guna memperkirakan antibodi pasien. Dengan hasilnya nanti akan lebih ampuh untuk pemeriksaan dalam taraf treatment pasien Covid-19 seperti di Singapura misalnya. Jadi guna mengetahui tubuh pasien telah ada antibodi ataukah belum sehingga dari IGD dapat dipindahkan ke ruangan biasa sebab kondisinya lebih baik.

Lantas kenapa rapid test di Indonesia malah banyak digunakan di awal pemeriksaan virus corona sehingga menumbuhkan persepsi untuk diagnosis penyakit? Akmal menyatakan bahwa dahulu ketika merebaknya Covid-19, Indonesia masih mempunyai keterbatasan kit untuk melakukan tes PCR. 

Oleh sebab itu masyarakat dihimbau untuk tidak cepat puas terhadap hasil rapid test. Meskipun setelah dilakukan rapid test dan hasilnya dinyatakan negatif, itu belum tentu Anda terhindar dari Covid-19 sebab ini memang bukanlah fungsi utamanya dari tes rapid. 

Rapid test adalah langkah awal identifikasi apakah seseorang tengah terjangkit virus dengan memakai antibodi yang diambil dari sampel darah. Menjalankan rapid test antibodi pun bukan bermakna dikarantina. Seseorang yang menjalani rapid test masih bisa melakukan aktivitas dengan melaksanakan protokol kesehatan sepanjang hasilnya memang tercatat negatif ataupun nonreaktif.

Dengan menjalani tes PCR dan tes usap rapid antigen seseorang dapat mengetahui keadaan terkini tentang kesehatan tubuhnya. Jika hasilnya positif COVID-19, maka dapat lekas mengambil langkah-langkah untuk menjaga orang-orang di sekitarnya.

Apabila hasilnya negatif, masyarakat mesti terus waspada dan disiplin menjalani protokol kesehatan 3M yakni sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan menggunakan masker. 

Tetapi tak menutup kemungkinan jika ditemui kasus dengan hasil pemeriksaan negatif, bisa saja ada kemungkinan terjangkit namun tak terdeteksi oleh alat itu sebab akurasinya antara 80 hingga 95%.

Mengingat rapid test ini memungkinkan timbulnya hasil yang negatif palsu dan positif palsu, maka hasil yang positif ini hendaknya tetap dikonfirmasi dengan menjalani tes RT-PCR. Namun penggunaan rapid test tetap dilaksanakan pada situasi khusus, seperti pengawasan terhadap para pelaku perjalanan.

Beberapa riset membuktikan bahwa pemeriksaan rapid test antigen virus corona mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik ketimbang rapid test antibodi. Namun, pemeriksaan rapid test antigen dianggap belum seteliti tes PCR guna mendiagnosis adanya infeksi COVID-19.


Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Tidak ada komentar untuk "Kenali Tujuan Utama Rapid Test Agar Tidak Salah Persepsi"