iklan space 728x90px

Pentingnya Mengetahui Masalah Gizi dalam Keluarga

"Makan dan minumlah, tetapi jangan melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas." (Q.S. Al-A’raf :31)

Dalam ajaran Islam, manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk makan dan minum tidak melampaui batas. Bila lebih dari batas, maka akan menjadi gizi lebih dan bila kurang akan menjadi gizi kurang. Baginda Rasulullah saw memiliki pola makan dan cara makan yang baik dan benar sehingga jarang sakit dan seumur hidupnya hanya pernah dua kali sakit. Rasulullah juga tubuhnya selalu bugar dan memiliki postur tubuh yang sangat ideal. Hal itu menunjukkan bahwa asupan gizi saat masa pertumbuhan beliau sangat baik. Meneladani beliau, kita seharusnya juga memperhatikan makanan yang kita makan dengan kandungan gizi yang sesuai dengan keadaan kita agar dapat menunjang pertumbuhan dengan optimal dan menjaga tubuh kita agar tetap sehat sehingga dapat beramal dan beraktivitas secara optimal.

Masalah gizi dalam keluarga penting untuk diketahui karena merupakan masalah kesehatan yang paling banyak di Indonesia. Secara umum, terdapat dua masalah gizi utama, yaitu: gizi lebih (GL) dan gizi kurang (GK). Gizi lebih dan gizi kurang dapat terjadi secara bersamaan pada satu anggota keluarga, bahkan dapat pula terjadi pada satu individu yang sama. Gizi lebih meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis seperti kencing manis, hipertensi, osteoartritis, penyakit jantung koroner, dan stroke yang merupakan penyebab kematian terbanyak saat ini dan banyak terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia (lansia). Gizi kurang akan meningkatkan risiko gagal tumbuh pada anak, stunting atau pendek, menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, bayi berat lahir rendah, dan komplikasi saat persalinan pada ibu hamil.

Gizi lebih ditandai dengan kegemukan atau obesitas, kadar lemak darah atau trigliserida lebih dari 150 mg/dl dan kadar kolesterol darah lebih dari 200 mg/dl. Untuk menentukan atau mengukur adanya obesitas, ditentukan dengan mengukur tinggi badan (meter) dan berat badan (kilogram), dengan ramus indeks massa tubuh (IMT), yaitu: berat badan (kg)/tinggi badan (m2).

Untuk orang dewasa, termasuk kegemukan atau obesitas, bila nilainya lebih dari 23 kg/m2, sedangkan untuk anak hingga usia 19 tahun, kegemukan atau obesitas ditentukan dengan mengukur IMT dan membandingkannya dengan usia serta jenis kelamin yang terdapat pada grafik pertumbuhan WHO. Bila lebih dari 1 SD (standar deviasi) maka termasuk kegemukan atau obesitas.

Kegemukan atau obesitas dapat pula ditentukan untuk orang dewasa dengan mengukur lingkar pinggang (LP) untuk mengetahui adanya obesitas sentral. Alat yang digunakan meteran (bisa menggunakan meteran penjahit). Caranya tentukan dahulu tempat pengukuran dengan meraba tulang pinggang di bagian samping, kemudian can dengan cara meraba tulang rusuk paling bawah di bagian samping tubuh (di atas tulang pinggang). Pengukuran lingkar pinggang dilakukan di titik tengah antara tulang pinggang dan tulang rusuk paling bawah di bagian samping. Seseorang disebut mengalami obesitas sentral bila LP lebih dari 80 cm untuk wanita dan lebih dari 90 cm untuk pria.

Kegemukan atau obesitas juga dapat ditentukan dengan mengukur komposisi tubuh dengan menggunakan alat, yaitu Body Impedance Analyzer (BIA). Alat itu dapat mendeteksi adanya kelebihan lemak tubuh yang tidak dapat diketahui hanya dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan atau IMT. Pada banyak kasus ditemukan orang dengan IMT yang normal dan tidak terlihat gemuk, tetapi setelah diperik-sa dengan alat ini ternyata lemak tubuhnya lebih dari standar atau kegemukan/ obesitas. Alat canggih tersebut telah tersedia di RS Al Islam Bandung.

Untuk kadar trigliserida dan kolesterol dapat ditentukan dengan pe-meriksaan laboratorium dengan ba-han pemeriksaan dari darah yang di-ambil dari lengan. Sebaiknya hal ini dilakukan pagi hari dan haras sejak malam hari tidak mengonsumsi apa pun sejak pukul 22.00.

Saat ini, penderita penyakit kronis seperti penderita kencing manis, hipertensi, osteoartritis, penyakit jantung koroner, dan stroke juga semakin banyak, dan hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya penderita gizi lebih di Indonesia, Oleh karena itu, agar penderita penyakit kronis tidak semakin meningkat, penderita gizi lebih haras dikurangi.

Gizi lebih terjadi karena makanan yang dikonsumsi atau zat gizi yang dikonsumsi lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan zat gizi untuk setiap orang sangat individual. Oleh karena itu, mengapa dengan kebiasaan makan yang terlihat sama seseorang bisa gizi lebih sedangkan yang lain normal. Agar ! terhindar dari gizi lebih, maka perlu dilakukan pemeriksaan yang melipuri wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan komposisi tubuh dengan BIA, serta pemeriksaan laboratorium bila diperlukan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dilakukan pengaturan pola hidup yang melipuri pengaturan pola makan sehat dan pola aktivitas fisik.

Mengapa demiMan? Karena gizi lebih merupakan akumulasi jangka panjang dari pola makan dan pola aktivitas fisik yang salah sehingga untuk memperbaikinya diperlukan upaya memodifikasi pola makan dan pola aktivitas fisik berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Upaya modifikasi pola makan dan pola aktivitas tersebut sebenarnya memodifikasi gaya hidup dari yang sebelumnya "masalah" menjadi "benar" atau lebih. Untuk itu perlu dilakukan edukasi dan konsultasi secara bertahap untuk mengubah mind set pasien secara bertahap sehingga gaya hidupnya menjadi berubah menjadi lebih baik. Perubahan itu dapat diketahui dengan berat badan yang semakin turun, massa lemak (pemeriksaan BIA) yang semakin normal atau kadar trigliserida dan kolesterol yang juga semakin membaik.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Tidak ada komentar untuk "Pentingnya Mengetahui Masalah Gizi dalam Keluarga"