Masalah Gizi dalam Keluarga
Selain gizi lebih, keadaan gizi kurang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2018, rerata anak balita dengan gizi kurang dan buruk mencapai 17,7%, balita stunting (pendek) 30,8%. Wanita usia subur dengan kurang energi kronis mencapai 14,5%, dan wanita hamil dengan kurang energi kronis 17,3%. Keadaan yang lebih mengkhawatirkan adalah anemia pada ibu hamil yang reratanya mencapai 48,9%, meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 dengan rerata 37,1%.
Keadaan gizi kurang pada ibu hamil baik kurang energi kronis maupun anemia merupakan faktor yang sangat memengaruhi pertumbuhan janin di dalam kandungan. Apabila terus berlanjut akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan janin sehingga anak yang dilahirkan kurang dari 2,5 kg yang dikenal sebagai bayi berat lahir rendah. Apabila terus berlanjut, anak akan mengalami gizi kurang dan stunting. Agar hal itu tidak terjadi, perlu upaya pencegahan sejak ibu akan hamil. Sebaiknya, berat badan ibu dijaga tidak kurang, yang ditandai dengan indeks massa tubuh lebih dari 18 kg/m2, lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm, dan kadar hemoglobin tidak kurang dari 11 gr/dL.
Indeks massa tubuh menggambarkan cadangan energi, sedangkan lingkar lengan atas selain menunjukkan cadangan energi, juga menunjukkan status protein tubuh. Kadar hemoglobin lebih menunjukkan status zat besi tubuh sekaligus juga status protein. Cara menghitung indeks massa tubuh adalah berat badan (kg)/tinggi badan (m2), sedangkan lingkar lengan atas diukur dengan menggunakan meteran baju di lengan atas pada titik tengah antara tonjolan tulang di siku dengan tonjolan tulang belikat.
Upaya pencegahan gizi kurang pada sebaiknya diawali sejak ibu akan il dan dilanjutkan saat masa kehamilan, serta pada masa pertumbuhan anak. Semakin dini upaya tersebut, hasilnya semakin baik. Upaya pencegahan gizi kurang dilakukan dengan cara menjaga asupan makanan ibu yang akan hamil agar dapat menunjang kesehatan ibu dan menyiapkan tubuh ibu untuk kehamilan. Yang perlu diperhatikan adalah jenis, jadwal, dan jumlah.
Jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi telah tercantum di dalam Alquran, "Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya" (QS Abasa: 24), "Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran" (QS Abasa: 27-28), "Dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu" (QS Abasa: 31-32).
Biji-bijian adalah makanan sumber protein nabati. Rumput-rumputan adalah nasi sebagai sumber karbohidrat. Anggur dan buah-buahan adalah bahan makan sumber serat larut air, vitamin, dan mineral. Secara khusus disebutkan anggur mewakili buah-buahan yang kaya akan serat larut air, rendah karbohidrat (berair banyak), dan kaya zat antioksidan (anthocyanin). Sayur-sayuran adalah bahan makanan sumber vitamin, mineral, dan serat tidak larut air, serta binatang ternak adalah sumber protein hewani.
Maka jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi terdiri atas sumber karbohidrat dan direkomendasikan seperti nasi, sumber protein hewani dari hewan dan produknya (daging, ikan, ayam, telur), sumber protein nabati dari kacang-kacangan (kacang, tahu, tempe, petis), serta sayuran dan buah-buahan yang berair banyak (jeruk, jambu, pepaya, semangka, melon, nanas, buah naga, belimbing, rambutan, dukuh, apel, anggur). Inilah yang dikenal sebagai 4 sehat. Makanan tersebut dikonsumsi dengan jadwal teratur, fungsinya menjaga rasa lapar dan kenyang sehingga kadar gula terjaga dan terhindar dari risiko penyakit kencing manis.
Makanan secara umum dibagi menjadi dua bagian, makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama terdiri atas makan 4 sehat. Makanan utama sebaiknya dikonsumsi tiga kali sehari dan diawali dengan sarapan.
Makan pagi sangat penting karena semalaman (kurang lebih delapan jam) tubuh kita tidak mendapatkan zat gizi sehingga di pagi harus mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang lengkap (karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran).
Untuk sumber karbohidrat sebaiknya dipilih yang tidak cepat meningkatkan gula darah. Pilihannya nasi bukan bubur atau roti. Mengonsumsi nasi sebagai sarapan membuat gula darah tidak cepat naik dan mudah untuk mengatur agar makan 4 sehat dapat tercapai. Contoh, makan pagi nasi dengan tempe, telur, dan mentimun. Pada makan pagi ini, gula darah tidak mudah meningkat, dan mengandung sumber protein hewani (telur), nabati (tempe), dan serat (mentimun). Sarapan ini selain mengandung zat gizi lengkap juga menimbulkan dampak kenyang yang lama.
Berbeda jika yang dikonsumsi adalah bubur ayam yang biasa dikonsumsi bersama dengan sedikit ayam, sedikit bawang daun, dan kerupuk. Selain tidak mengandung zat gizi lengkap, sarapan ini menyebabkan gula darah naik dengan cepat dan turun pula dengan cepat sehingga 1-3 jam setelahnya akan kembali lapar dan akhirnya kita berupaya mencari makanan lain.
Berbagai penelitian membuktikan, obesitas lebih banyak terjadi pada orang yang tidak atau jarang sarapan dengan makanan yang mudah meningkatkan gula darah (roti, bubur, dll).
Makan siang dikonsumsi sekitar pukul 12.00 dan makan malam tidak lebih dari pukul 19.00 dengan komposisi 4 sehat. Setelah makan malam, sebaiknya tidak mengonsumsi apa pun hingga tidur dan bangun di pagi hari. Boleh minum air selama tidak mengandung gula. Bioritme tubuh kita telah dirancang untuk lebih hemat di malam hari sehingga apabila masih mengonsumsi makanan yang mengandung energi, keadaan gizi lebih lebih mudah terjadi.
Makanan selingan harus dikonsumsi di antara makan pagi dan siang sekitar pukul 9.30 dan antara makan siang dan malam sekitar pukul 15.30. Jenis yang dikonsumsi tergantung dari status gizi Anda. Untuk yang memiliki status gizi lebih, yang dikonsumsi hanya buah-buahan berair banyak.
Untuk anak yang sedang tumbuh, ibu yang sedang mempersiapkan diri untuk hamil dan masih kurus, serta ibu yang hamil, termasuk orang dengan status gizi kurang maka selain buah-buahan perlu ditambahkan camilan lain yang mengandung cukup energi dan protein, seperti kue, bubur kacang hijau ketan hitam, dan lain-lain.
Upaya mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi harus diawali dengan pengaturan jenis (4 sehat) dan jadwal yang teratur, 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Dengan pola makan yang teratur dan makan 4 sehat, komposisi makan akan lebih baik dan rasa lapar serta kenyang lebih teratur sehingga dapat menghambat keinginan untuk makan camilan.
Tidak ada komentar untuk "Masalah Gizi dalam Keluarga"
Posting Komentar